Seperti pohon, cinta mungkin hanya selembar daun, setetes dua getah, sebatang ranting, seutas akar, atau mungkin setumpuk jerami usang. Dia menyokong hidup si pohon, tapi bukan berarti satu-satunya yang penting.
Kita jatuh cinta. Begitu saja. Seolah narasi cerita sedang terpusat pada kita berdua. Lalu seperti penulis yang mabuk dengan cerita yang ditulisnya, kita mengurai kata demi kata di barisan kisah cinta. Tapi kita tetap memberi spasi bagi tiap kata, sadar bahwa kedekatan hati dalam wujud tulisan dan cerita utuh lebih penting dari sekedar kedekatan fisik dalam kata-kata.
Lalu cerita kita terasa indah, tapi narasinya semakin sukar diterka. Melambung antara mentari dan hujan, kita melukis pelangi. Menari antara nada dan suara, kita mencipta melodi. Menyempil antara tangis dan tawa, kita menikmati kebersamaan.
Dan?
Dan lalu sampailah kita pada kejenuhan. Bukan, bukan karena kita saling bosan. Hanya saja, seperti yang kuibaratkan cinta pada pohon. Suatu saat kita merasa kata-kata kita tak lagi ceria dan bermakna. Hanya coretan-coretan. Tapi itu mungkin yang diperlukan, agar suatu saat kita bisa mengenangnya dengan kata-kata yang lebih beralur. Atau mungkin rasa kita tak lagi dapat diterka dari kata-kata, hingga kita melihat satu sama lain tak lagi memesona?
Friday, July 2, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
8 comments:
;;
Saya berpikir bahwa mas ucup ini tahu isi hati seseorang dan menerka dalam kata.
cinta itu awalnya aja yang indah akhirnya ngebosenin
kok tambah melow bae lah. Rindu tulisanmu yang mencerahkan dan selalu membuatku berpikir meski tak pasti paham sekalipun.
bagus banget ih, begitulah dinamika cinta hwehwehwehwe
Terima kasih atas kunjungannya! Salam kenal....
aha!! akhirnya blog ini bisa diakses lg :D
Cinta, kata dan asa.. wah itu adalah elemen yang terus membuat dunia ini berputar-putar.. :D
Seneng udh bisa mampir kesini..
Post a Comment