Wednesday, June 18, 2008

Lulus?! kenapa nggak!!

Wah, saya ini memang banyak ketinggalan berita. Setelah membaca postingannya bangpay[dot]org di sini, saya kok malah baru tahu kalau anak-anak SMA itu baru saja lulusan.

Lha tadi pagi juga tanpa sengaja, setelah dalam kurun waktu yang lama ndak nonton tv, apalagi berita tentang artis, kok bisa-bisanya acara wisuda kelulusannya cantika dan ayudya bing slamet itu masuk acara berita artis.

-Okey, bukan itu intinya!-

Sepertinya kelulusan ini menjadi momok yang menakutkan bagi pelajar-pelajar SMA kita. Lebih menyeramkan dari pocong dan segala macam saudara-saudarinya.

Jaman saya dulu, nilai minimum untuk sebuah kelulusan adalah 4,25 . Cukup mencengangkan memang SMA saya waktu itu tercatat ada 7 orang yang tidak lulus. Terdapat 4 orang siswa jurusan IPA dan 3 orang siswa jurusan IPS. Dan mereka yang tidak lulus itu tergolong siswa yang menurut saya cerdas, bukan siswa yang asal-asalan sekolah.

Usut punya usut, standar kelulusan kita tahun ini adalah 4,75 . Lumayan memang, tapi masih kurang tinggi bagi saya. Bukannya saya sok pintar atau mau menyombongkan nilai saya, tapi masa sih mencari nilai segitu saja ngga bisa? Kemana saja 3 tahun sekolah?

Di luar kemungkinan sedang tidak konsen dan halangan lainnya, menurut saya memang nilai segitu itu terlalu rendah untuk ukuran kelulusan. Ha wong saya juga pernah mengalami yang namanya ikut UAN itu kok.

Saya pernah membaca soalnya kok. Dan asli, soal yang diajukan dalam UAN (Ujian Akhir Nasional) itu bukan pertanyaan-pertanyaan advance, melainkan soal-soal standar kurikulum. Tidak ada pengembangan sama sekali, dan bahkan jauh lebih mudah dari soal yang diberikan guru sewaktu ulangan harian.

Lalu, kenapa mencari nilai 4,75 saja tidak bisa?

Kemarin sempat juga sekilas melihat berita, bahwa di Sidoarjo-yang notabene sedang berkabung karena masalah lumpurnya- ada sekolah yang merayakan kelulusan seratus persennya dengan saling melempar lumpur. Hihihi. Ternyata di tengah kesusahanmu itu, berita kelulusan ini bisa menjadi oase sementara.

Masih adakah budaya corat-coret baju di acara kelulusan itu adik-adikku? Budaya berkonvoi massal naik kendaraan bermotor? Lha kan kata orang-orang itu, kalian ini kok malah bikin jalanan macet to dik. Terus kata orang-orang, sayang bajunya, masih banyak yang mau kok make baju bekasnya adik ini. Lha saya mau ngomong apa lagi dik...

Ah, adik-adikku, bukannya saya yang sudah tua ini ndak mendukungmu meluapkan kebahagiaanmu karena kelulusan itu, tapi mbok ya mikir to dik, kalau kelulusan itu bukan akhir dari petualangan hidupmu. Lulus SMA itu justru baru awal buat hidup yang sebenarnya dik. Lha wong bayi saja menangis kok pas baru lahir, lha kalian yang ibaratnya baru lahir ini kok malah tertawa ngakak-ngakak?!

Habis ini kalian masih kudu belajar tengkurep, belajar duduk, belajar beridiri sendiri, terus lari. Masih harus belajar banyak buat hidup dik.

Ada teman kalian yang ndak bisa ikut merayakannya dik, karena mereka ndak lulus. Ndak malu apa kalian sama mereka, kalau kalian tertawa di atas kesusahan mereka?

Lha ya sudah kalau ndak mau dengerin kakakmu ini dik, ha wong kakakmu ini kan cuman menyarankan.

-Selamat membuka halaman baru di buku hidupmu, adik-adikku. Runcingkan pena langkahmu, fokuskan visi hidupmu, dan Insya Allah, goresanmu di halaman berikutnya pada buku hidupmu ini akan jauh...jauh lebih bagus dari lukisanmu di halaman ini.

7 comments:

Eucalyptus said...

He he he, wong kito jugo neh?
FYI aja ya Ayudia Bing Slamet sama Chantika tuh satu sekolah sama anak saya *gak penting ya*... he he, jadi emang waktu mereka dikerubutin wartawan sampe2 ditegor sama MC, krn agak mengganggu jalannya acara Wisuda..

cie said...

waduh gak inget lagi tuh soal2nya! se-gampang itu ya?
trus kok banyak yang gak lulus yah?
wah di Sidoarjo tuh yang keren! kalo di sini budaya coret2 + naek motor ram2 itu masih ada!

Anonymous said...

wah waah ... nasihat dari seorang kakak ;-) btw, sebagai tanda perkenalan, nih dirimu kutemplokin post berantai ya, tolong post tentang 5 makanan favoritmu, trus rantaiin ke 5 orang lagi, ya kalo mau n sempet sih ... thank you

Anonymous said...

iya nih... adek2 sma harusnya bisa lebih dewasa.... banyak hal positif yang bisa dilakukan untuk bersyukur akan kelulusannya.... *edan, bijak gini gw*

Adinda Widyastari said...

Hmmm...
Iya juga sih...
walaupun pemerintah terus menaikkan standar kelulusan, tetapi soalnya malah diturunkan tingkat kelulusannya...

untuk adik2 yang tidak lulus, jangan berkecil hati. usaha lagi biar bisa lulus tahun depan.

untuk adik2 yang lulus, SELAMAT...
ingat seperti kata kak Mahadewa, masih banyak yang harus kamu capai dalam hidup...

SEMANGAT!!!

Anonymous said...

Maap mas, sy kurang setuju tuh kalo 4,75 kekecilan. Buat orang pinterrr...standar 7 ato 8 juga bisa dibilang kekecilan. Tapi kan...

makanya, di situlah letak kelemahan dari ujian nasional, tidak bisa menjadi standar mutu yang akurat. Kepintaran, kesuksesan, arah masa depan bangsa, dan hal2 krusialn bukan cuman dinilai dari ujian matematika-bahasa-ipa selama tiga hari. Jepang-Cina-India berjuang puluhan tahun biar semaju sekarang, nah kita?malah cuman pengen 3 hari.

sori mas,sy sotoy.

concern dunia pendidikan tuh bukan cuman ngurusin lulus gak lulus. Kalo gak lulus,terus kenapa? kok masyarakat menganggap gak lulus masih aib. cape deeeeh...

sebel.

ngomongin dunia pendidikan gak ada abisnya.

sy nanti bercita cita jadi menteri pendidikan:bukan menteri keuangan

amin.

Anonymous said...

setelah sempat debat panjang dg bini (sembari sun-sunan tentunya)bahwa dg standar segitu dimasa sekarang belum tentu kami lulus....

jangan samakan... :)

Post a Comment