Tuesday, July 28, 2009

Bedtime Story

Aku ingat ketika dulu, ayahku membacakan cerita-cerita dan dongeng-dongeng aneh tiap malam, saat kami hendak tidur.

Tentang Centaur, yang ayah ceritakan dengan penuh takzim karena keperkasaannya, kerendahhatiannya, dan kepahlawanannya. Tentang Nabi-nabi, dengan segala mukjizat, kesabaran, kecerdasan, dan keimanannya yang diceritakan dengan doa-doa oleh ayah. Atau tentang Gajahmada, Ken Arok - Ken Dedes, Upasara Wulung -yang kujamin sangat sedikit yang tahu tentang dia, Werkudara dan tokoh pewayangan lainnya yang diceritakan ayah dengan runut. Belum lagi ketika beliau mengisahkan Sudirman, Diponegoro, Sukarno, Tjoet Njak Dhien, Natsir, kakek, dan kakek buyut : dengan mata menyala-nyala, semangat berkobar-kobar, dan tangan yang berulang kali mengepal. Dan yang seringkali-meski paling jarang ayah ceritakan- membuatku takzim dengan kesantunan, keironisan, metafora, dan majas-majas indah : tentang Chairil Anwar, Buya Hamka, Shakespeare.

Tapi tak pernah ayahku menceriterakan kepahlawanan yang seperti hari itu. Yang dikobarkan dengan doa-doa ketuhanan, keimanan, dan kenegaraan, tapi dipenuhi dengan kebencian dan kengerian : sebuah ledakan tak seberapa, tak lebih hebat dari bunyi petasan cengisan seharga seratus perak yang tiap bulan puasa kami nyalakan.

Aku, adalah seorang pahlawan.
Yang memerangi kejahatan : maka aku membunuh semua penjahat, para orang jahat.
Yang memerangi kemiskinan : dan kubinasakan semua orang miskin.
Yang memerangi kebiadaban : dengan menghabisi orang-orang biadab secara keji.
Yang memerangi kekafiran : lalu membunuh pafa kafir, seperti seorang iblis.
Yang memerangi kebodohan : menjadi malaikat maut - membunuh semua orang bodoh, termasuk dirinya sendiri.


Ode, untuk mereka yang menyebut dirinya pahlawan : dengan menghancurkan ekonomi bangsa, membungihanguskan harga diri negeri.

2 comments:

~noe~ said...

satire...
mantabs alur logikanya, meski kehidupan tidak selalu harus sesuai dengan logika.
salam

nadya said...

aku suka style-mu ....

Post a Comment